Kamis, 19 Februari 2015

Sejarah Istana Maimun

Sejarah Istana Maimun

Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Pembangunan istana selesai pada 25 Agustus 1888 M, di masa kekuasaan Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun adalah putra sulung Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan.
Sejak tahun 1946, Istana ini dihuni oleh para ahli waris Kesultanan Deli. Dalam waktu-waktu tertentu, di istana ini sering diadakan pertunjukan musik tradisional Melayu. Biasanya, pertunjukan-pertunjukan tersebut dihelat dalam rangka memeriahkan pesta perkawinan dan kegiatan sukacita lainnya. Selain itu, dua kali dalam setahun, Sultan Deli biasanya mengadakan acara silaturahmi antar keluarga besar istana. Pada setiap malam Jumat, para keluarga sultan mengadakan acara rawatib adat (semacam wiridan keluarga).
Bagi para pengunjung yang datang ke istana, mereka masih bisa melihat-lihat koleksi yang dipajang di ruang pertemuan, seperti foto-foto keluarga sultan, perabot rumah tangga Belanda kuno, dan berbagai jenis senjata. Di sini, juga terdapat meriam buntung yang memiliki legenda tersendiri. Orang Medan menyebut meriam ini dengan sebutan meriam puntung.
Kisah meriam puntung ini punya kaitan dengan Putri Hijau. Dikisahkan, di Kerajaan Timur Raya, hiduplah seorang putri yang cantik jelita, bernama Putri Hijau. Ia disebut demikian, karena tubuhnya memancarkan warna hijau. Ia memiliki dua orang saudara laki-laki, yaitu Mambang Yasid dan Mambang Khayali. Suatu ketika, datanglah Raja Aceh meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak oleh kedua saudaranya. Raja Aceh menjadi marah, lalu menyerang Kerajaan Timur Raya. Raja Aceh berhasil mengalahkan Mambang Yasid. Saat tentara Aceh hendak masuk istana menculik Putri Hijau, mendadak terjadi keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba berubah menjadi meriam dan menembak membabi-buta tanpa henti. Karena terus-menerus menembakkan peluru ke arah pasukan Aceh, maka meriam ini terpecah dua. Bagian depannya ditemukan di daerah Surbakti, di dataran tinggi Karo, dekat Kabanjahe. Sementara bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli, kemudian dipindahkan ke halaman Istana Maimun.
Setiap hari, Istana ini terbuka untuk umum, kecuali bila ada penyelenggaraan upacara khusus.

2. Lokasi
Istana ini terletak di jalan Brigadir Jenderal Katamso, kelurahan Sukaraja, kecamatan Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara.

3. Luas
Luas istana lebih kurang 2.772 m, dengan halaman yang luasnya mencapai 4 hektar. Panjang dari depan kebelakang mencapai 75,50 m. dan tinggi bangunan mencapai 14,14 m. Bangunan istana bertingkat dua, ditopang oleh tiang kayu dan batu
Setiap sore, biasanya banyak anak-anak yang bermain di halaman istana yang luas.

4. Arsitektur
Arsitektur bangunan merupakan perpaduan antara ciri arsitektur Moghul, Timur Tengah, Spanyol, India, Belanda dan Melayu. Pengaruh arsitektur Belanda tampak pada bentuk pintu dan jendela yang lebar dan tinggi. Tapi, terdapat beberapa pintu yang menunjukkan pengaruh Spanyol. Pengaruh Islam tampak pada keberadaaan lengkungan (arcade) pada atap. Tinggi lengkungan tersebut berkisar antara 5 sampai 8 meter. Bentuk lengkungan ini amat populer di kawasan Timur Tengah, India dan Turki.
Bangunan istana terdiri dari tiga ruang utama, yaitu: bangunan induk, sayap kanan dan sayap kiri. Bangunan induk disebut juga Balairung dengan luas 412 m2, dimana singgasana kerajaan berada. Singgasana kerajaan digunakan dalam acara-acara tertentu, seperti penobatan raja, ataupun ketika menerima sembah sujud keluarga istana pada hari-hari besar Islam.Di bangunan ini juga terdapat sebuah lampu kristal besar bergaya Eropa.
Di dalam istana terdapat 30 ruangan, dengan desain interior yang unik, perpaduan seni dari berbagai negeri. Dari luar, istana yang menghadap ke timur ini tampak seperti istana raja-raja Moghul.
5. Perencana
Ada beberapa pendapat mengenai siapa sesungguhnya perancang istana ini. Beberapa sumber menyebutkan perancangnya seorang arsitek berkebangsaan Italia, namun tidak diketahui namanya secara pasti. Sumber lain, yaitu pemandu wisata yang bertugas di istana ini, mengungkapkan bahwa arsiteknya adalah seorang Kapitan Belanda bernama T. H. Van Erp.

6. Renovasi
Istana ini terkesan kurang terawat, boleh jadi, hal ini disebabkan minimnya biaya yang dimiliki oleh keluarga sultan. Selama ini, biaya perawatan amat tergantung pada sumbangan pengunjung yang datang. Agar tampak lebih indah, sudah seharusnya dilakukan renovasi, tentu saja dengan bantuan segala pihak yang concern dengan nasib cagar budaya bangsa.

28 Comments »

  1. dira Said:

    kalo cerita tentang mariam puntungnya gitu kurang tuhh ..
    harusnya ditulis knpa di jd berubah manjadi meriam..
    di berubah karena ia bersumpah akn menjadi meriam ..
  2. ok entar ditambahi dech
  3. MADAN Said:

    cerita sejrah nya menarik y tp maw nya ada gambarny
  4. delita. Said:

    ada yg kurang ntuh.
    kok gak ada sih 2 penjelasan dari ruang utama yaitu ruangsyap kanan&kiri.
  5. Mustar Sembiring Said:

    Siapakah nama orangtua dari Putri Hijau ini (Bapak dan Ibunya), pernah mungkin ada lukisan dari Putri Hijau ini, bila ada boleh di tampilkan. Trimakasih
  6. julius Said:

    cerita y” kurang msh lagi tuhhh
  7. cayank theresia ajja Said:

    lw tntng sejarah istana maimun ini sama gak dengan sejarah sultan deli?
  8. nhirwana shofiyya lubiss Said:

    cerita’a kurang memuaskn
  9. zulkarnain Said:

    mari kita lestarikan budaya melayu deli…
    saya sangat suka membaca kisah kerajaan ini…
  10. dila Said:

    cerita ya menarik tpi kurang panjang cerita ya dan gk ada gambar ya
    kalau ada pasti seruh
  11. simusamuza Said:

    tahun berapa hijriah
  12. lizaputri Said:

    ceritanya kurang lengkap
  13. winnymarch Said:

    lengkap bgt infromasinya!! salam kenal yah
    follow back yah :)
  14. salamun Said:

    akhir cerita nya cuman gitu aja, lengkapin kan lebih menarik x ea
  15. saiful Said:

    crtanya gk bleh d lngkpi lgi tu??
    biar lbh mnrik gitu,,,,
  16. Raden M.Adi kusuma Said:

    Sudah sewajar’nya pemkod membantu perawatan cagar budaya nasional
  17. NURUL seeKers grace Said:

    kurang tuh,,,,,
    gk seru kloQ cma zGtu….
  18. Ismagic
  19. Dede Firuza Said:

    Istana malang di pusat kota. Terlihat tapi tak dianggap. Tenggelam oleh modernisasi kejam.
    Kemana Pewarismu?
    Kemana Anak Cucumu?
    Kemana Keluargamu?
  20. shandy zya Said:

    terus gimana nasib putri hijau selanjutnya?
  21. good job
  22. Tan Said:

    ada yang udah pernah ke istana maimun? bagus nggak ya tempatnya? apakah gratis untuk masuk ke dalam?
  23. Lutfiah mugni Said:

    Cerita putri hijaunya kok gak lengkap? Kalau saya kasih saran buat lebih lengkap donk sejarah putri hijau”_”
  24. udin Said:

    cerita a sdh cukup bagus…tetapi msih bnyak kurang antara lain tentang silsilah sultan..sy belum menemukan garis keturunan sultal mulai yang pertama, ke dua, ke tiga ..d strusnya sampai ke sultan yg ke Ix. adalah Sultan Al Rasyid Perkasa Alamsyah ke 10, ke.11, ke 12, dan ke 13 sultan adalah Sultan Otteman Mahmud Perkasa Alam
    ke 14 adalah gelar Seri paduka Baginda Tuanku Sultan Mahmud Arya Lamanjiji Perkasa tolong info mohon di publikasi silsilah Sultan Mulai dari sultan ke 1 sampai yang terakhir trim
  25. antha pryma ginting Said:

    maaf…banyak yg salah tulisanya,seperti nama saudara putri,dan nama tempat dimana pecahanmeriam itu,saya warga desa surbakti,disana tidak ad meriam itu,yg saya tau pecahaan meriam itu ad di desa suka kecamatan tiga panah..trimakasih..
  26. terima kasih atas informasinya
  27. sori, sekedar meluruskan, kota medan awalnya bernama madaan, dan pendirinya bernama Guru Patimpus Sembiring Pelawi, beliau adalah seorang putra suku karo yang mendirikan kampung madaan . selanjutnya dirubah menjadi medan. salam
  28. helda yusiana Said:

    Kenapa bisa tdk terawat? Istana terkesan kumuh & jorok. Banyak penjual souvenir & tempat sewa pakaian ada di dalam istana. Sehingga yg mestinya perabotan sejarah, papan2 keterangan sejarah, foto2 diletakan pada tempatnya, ini malah diletakan sembarangan karena beberapa ruangan berfungsi sbg TOKO!! & ada satu tempat seperti gudang yg berisikan kursi2 & papan2 keterangan sejarah yg telah berdebu. Setelah memasuki istana itu, alangkah sedih melihatnya tdk ada lagi kebanggaan kota Medan. Malu dg turis asing…sampah pun berserak di halaman istana. Hai para pewaris kerajaan apa yg kalian kerjakan di istana itu? Rawatlah istana kalian spt merawat rumah sendiri jangan jadi orang pemalas, hanya menunggu & menunggu uluran tangan turis2 & pemerintah…

Leave a Reply

Tidak ada komentar:

Posting Komentar